Sistem
operasi Linux mendukung banyak File System yang berbeda, tapi pilihan yang umum
digunakan adalah keluarga Ext* (Ext2, Ext3 dan Ext4) dan ReiserFS. Berikut
sistem file yang umumnya digunakan pada sistem operasi Linux:
1. Ext2 (2nd
Extended)
Ext2
merupakan jenis sistem file Linux paling tua yang masih ada. Sistem file ini
pertama kali dikenalkan pada Januari 1993. File system ini ditulis oleh Rémy
Card, Theodore T. dan Stephen Tweedie. File system ini merupakan penulisan
ulang besar-besaran dari Extended file system. Ext2 adalah sistem file yang
paling ampuh di Linux dan menjadi dasar dari segala distribusi linux.
Pada
sistem file Ext2, file data disimpan sebagai data blok. Data blok ini mempunyai
panjang yang sama dan meskipun panjangnya bervariasi di antara sistem file
Ext2, besar blok tersebut ditentukan pada saat sistem file dibuat dengan mk2fs.
Jika besar blok adalah 1024 bytes, maka file dengan besar 1025 bytes akan
memakai 2 blok. Ini berarti kita membuang setengah blok per file.
Sistem
file Ext2 menyimpan data secara hirarki standar yang banyak digunakan oleh
sistem operasi. Data tersimpan di dalam file, file tersimpan di dalam
direktori. Sebuah direktori bisa mencakup file dan direktori lagi di dalamnya
yang disebut sub direktori.
Ext2
mendefinisikan topologi sistem file dengan memberikan arti bahwa setiap file
pada sistem diasosiasiakan dengan struktur data inode. Sebuah inode menunjukkan
blok mana dalam suatu file tentang hak akses setiap file, waktu modifikasi
file, dan tipe file. Setiap file dalam sistem file Ext2 terdiri dari inode
tunggal dan setiap inode mempunyai nomor identifikasi yang unik. Inode-inode
file sistem disimpan dalam tabel inode. Direktori dalam sistem file Ext2 adalah
file khusus yang mengandung pointer ke inode masing-masing isi direktori
tersebut.
a. Inode dalam Ext2
Inode
adalah kerangka dasar yang membangun Ext2. Inode dari setiap kumpulan blok
disimpan dalam tabel inode bersama dengan peta bit yang menyebabkan sistem
dapat mengetahui inode mana yang telah teralokasi dana inode mana yang belum.
Inode juga dapat menunjuk pada device khusus dan dapat menangani program
sehingga program dapat mengakses ke device. Semua file device di dalam drektori
/dev dapat membantu program mengakses device.
b. Superblok dalam
Ext2
Superblok
mengandung informasi tentang ukuran dasar dan bentuk file sistem. Informasi di
dalamnya memungkinkan file system manager untuk menggunakan dan merawat sistem
file. Biasanya, hanya superblok di blok group 0 saat file sistem di-mount
tetapi setiap blok grup mengandung duplikatnya untuk menjaga jika file sistem
menjadi rusak. Informasi yang dikandung adalah:
• Magic Number, meyakinkan software
bahwa ini adalah superblok dari sistem file Ext2.
• Revision Level, menunjukkan revisi
mayor dan minor dari sistem file.
• Mount Count dan Maximum Mount Count,
menunjukkan pada sistem jika harus dilakukan pengecekan dan maksimum mount yang
diijikan sebelum e2fsck dijalankan.
• Blocks per Size, besar blok dalam
file sistem, contohnya 1024 bytes.
• Blocks per Group, banyaknya blok per
grup.
• Block Group Number, nomor blok grup
yang mengadung copy dari superblok.
• Free Blocks, banyaknya blok yang
kosong dalam file sistem.
• Free Inode, banyak inode kosong dalam
file sistem.
• First Inode, nomor inode dalam inode
pertama dalam file sistem, inode pertama dalam Ext2 root file sistem adalah
direktori "/".
2. Ext3 (3rd
Extended)
Ext3
adalah peningkatan dari sistem file Ext2. Peningkatan ini memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya:
• Journaling,
dengan
menggunakan journaling, maka waktu recovery pada shutdown mendadak tidak akan
selama pada Ext2. Namun ini menjadi kekurangan dari Ext3, karena dengan adanya
fitur journaling, maka membutuhkan memori yang lebih dan memperlambat operasi
I/O (Input/Output).
• Integritas data,
Ext3
menjamin adanya integritas data setelah terjadi kerusakan atau unclean shut
down. Ext3 memungkinkan kita memilih jenis dan tipe proteksi dari data.
• Kecepatan,
daripada
menulis data lebih dari sekali, Ext3 mempunyai throughput yang lebih besar
daripada Ext2 karena Ext3 memaksimalkan pergerakan head hard disk. Kita bisa
memilih tiga jurnal mode untuk memaksimalkan kecepatan, tetapi integritas data
tidak terjamin.
• Mudah dilakukan migrasi,
kita
dapat berpindah dari sistem file Ext2 ke sistem file Ext3 tanpa melakukan
format ulang.
3. Ext4 (4th
Extended)
Ext4
merupakan peningkatan dari sistem file Ext3. Ext4 dirilis secara lengkap dan
stabil mulai dari kernel 2.6.28. Keuntungan menggunakan Ext4 adalah mempunyai
pengalamatan 48-bit blok yang artinya dia akan mempunyai 1 EiB = 1.048.576 TB.
Ukuran maksimum sistem file 16 TB.
4. JFS (Journalis
File System)
JFS
atau dikenal juga dengan nama IBM Journal File System merupakan sistem file pertama
yang menawarkan journaling. JFS sudah bertahun-tahun digunakan dalam IBM AIX®
OS sebelum digunakan ke GNU/Linux. JFS saat ini menggunakan sumber daya CPU
paling sedikit dibandingkan sistem file GNU/Linux lainnya. JFS sangat cepat
diformat, mounting dan fsck, serta memiliki kinerja sangat baik, terutama
berkaitan dengan deadline I/O scheduler. Walaupun begitu, dukungan terhadap JFS
tidak seluas sistem file Ext atau Reiser FS.
5. Reiser FS
Sistem
file Reiser dibuat berdasarkan balance tree yang cepat dan unggul dalam hal
kinerja, dengan algoritma yang lebih rumit. Sistem file Reiser juga memiliki jurnal
yang cepat dan ciri-cirinya mirip sistem file Ext3. Sistem file Reiser lebih
efisien dalam pemanfaatan ruang disk, dimana dapat menghemat disk sampai dengan
6 persen. Contohnya jika kita menulis file 100 bytes, hanya ditempatkan dalam
satu blok sementara sistem file lain menempatkannya dalam 100 blok. Reiser file
system tidak memiliki pengalokasian yang tetap untuk inode.
0 comments:
Post a Comment